11.9.10

Cerita saat pagi 1 syawal

Bismillahirrahmanirrahmi, Alhamdulillah untuk pertama kalinya aku shalat di lapangan dalam usia sebesar ini, dulu ya dulu sekali rasanya waktu SD di jakarta pernah melakukan shalat Ied itu dilapangan parkir komplek perumahan malaka sari ah ...saat itu nenekku masih ada jadi kangen sama nenek sama suaranya saat marahin aku (aku anak ceroboh sering kena marah masih ingat numpahin es di kulkas seluruh kulkas harus dibersihin gara-gara aku, nenek semoga Allah selalu menelimpahkan rahmat ditempat engkau beristirahat kini) dan baru sekarang lagi bisa menikmati shalat Ied bersama di lapangan, ini awalnya adalah ide ibuku beliau ingin kita sekali-sekali shalat Ied itu dilapangan sebab memang dalam melaksanakan shalat Ied itu adalah lebih afdhol di lapangan bersama-sama, apalagi menurut beliau khatib dan imamnya bagus, ibu dengarnya begitu dari iklan di radio.....jadilah akhirnya kami aku dan ibuku pergi shalatnya ke lapangan kantor walikota pariaman, hanya aku dan ibu  sebab ayah selalu "bertugas" di kampung, dan si luki yang tertinggal shalat Ied di mesjid dekat rumah saja, sedangkan si ari sudah jadi orang rantau yang tidak mudik.
Suasana rame padahal shalat Ied ini banyak dilaksanakan pada beberapa tempat seperti di mesjid-mesjid tapi yang namanya melakukan shalat dilapangan rupanya masih menjadi pilihan favorit masyarakat kotaku....
saking ramenya aja jalan penuh susah parkirin motor, alhamdulillah aku dapat tempat parkir yang pas, kudu langsung bayar parkirannya pinta si tukang parkir dadakan itu. ya kasih..kasih...gak masalah berapa 1000..2000....suasana memasuki lapangan balai kota pariaman udah penuh keliahatanya tapi banyak shaf di depan yang tidak terisi entah kenapa.....bahkan ketika diserukan untuk merapatkan syaf banyak yang enggan berajak aneh banget mereka menganggap merapatkan syaf tidak penting karena ini cuma shalat sunat ya Allah beginikah wajah kaum muslimin dikotaku,  dan aku bersama ibu mengambil shaf ketiga dari depan hmmm..deket banget sama ibu-ibu pejabat dan keluarga bapak walikota, ibu dan anak-anaknya bajunya samaan kompak, seperti aku juga too....kembali ya. takbir mengema hingga pada sesi selanjutnya laporan dari ketua panitia, tiba-tiba mic mati alias lampu mati cukup lama si bapak yang di depan berdiri menunggu rupanya tak kunjung hidup mic itu, semua orang pada resah menunggu lama, akhrinya terjadi keributan semuanya berdiri dan bersuara agar shalatnya di mulai dari bapak-bapak hingga ibu-ibu menceracau semua berdengung aku hanya terduduk heran kenapa harus maen emosi sih yang paling tidak aku suka adalah kata-kata ibu-ibu yang dibelakang aku sepertinya aku tidak tau pasti sebab aku enggan menoleh kebelakang adalah kata-katanya bahwa ini pertanda buruk dan bakal ada bencana setelah ko aneh bukan lah cuma lampu mati kok bilang nya tanda bencana ah emang betul bencana pada diri kita sebab kita rupanya tidak menjadi seorang pemenang dalam menggapai ramadhan barokah itu, ini memang ada kesalahan teknis panitia yang tidak menyediakan jenset sepertinya jadi ketika lampu mati mereka tidak bisa berbuat apa-apa itu menurut pendapatku wajar saja panitia manusia ada salah dan khilaf , dan yang kita harus pahami adalah ini semua sudah kehendak Allah maka harusnya kita beristigfar dan bersabar....
saat-saat orang sudah mulai ricuh minta shalat segera dimulai .......
saat semuanya sudah pada berdiri aku hanya duduk saja, gak mau ikutan esmosi ngapain merusak rasa menang aja ne, dan shalat pun dimulai tampa mic, subbahannallah taukah serasa gimana ya kecilnya kuasa manusia, padahal dibarisan depan kan ada pemimpin kota pariaman dan dia pun tidak sanggup menghidupkan lampu, bahwasanya kuasa manusia itu tidak berharga di hadapan kuasa Rabbnya....shalat berlangsung khitmat bagiku aku tidak lagi mempedulikan kejadian-kejadian sebelumnya takbir bersaut-sautan sebagai tanda bagi kami makmum yang belakang walau kami tidak bisa mendengar bacaannya sama sekali, tapi serasa di jaman rasulullah kala mic itu tidak ada maka seperti itulah caranya pada setiap shaf ada imamnya yang memberi arahan dengan mengeraskan suara takbirnya....(hmmm setidaknya itu yang aku pahami.....benar atau salah semoga Allah mengampuni ku)......usai shalat rupanya orang-orang itu masih juga tidak mau sabar kenapa ???
mereka menyegerakan untuk pergi beranggapan bahwa karena mic mati maka kutbah itu tidak terdengar jadi merasa pecuma berpanas-panasan rupanya, tapi sekali lagi kebesaran Allah terbukti mic nya hidup khutbah berlangsung tapi orang-orang yang pergi tetap pergi dengan banyak alasan entah karena malu terlanjur berdiri atau karena kepanasan kebetulan mentari mulai terik dan hangat pada jam segitu, maka hanya sebagian saja yang tetap berdiam diri khusyuk mendengarkan khutbah,....ya begitulah sekelumit ceritaku saat shalat Ied ku di Syawal 1431 H entah dimana aku kelak di Syawal-syawal berikutnya hanya Allah yang tau......aku ingin memaknainya dengan baik dan lebih baik lagi sebab aku maunya begitu....(annajmutsaqib' write110910)"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu" Qs2:45